Komet Swift-Tuttle semula bernama komet Tuttle karena dianggap yang menemukan pertama kalinya Tuttle dan Simons, astronom Amerika, pada 19 Juli 1862. Komet ini juga dikenal sebagai komet 1862 III karena merupakan komet ke tiga yang teramati pada 1862. Ternyata belakangan diketahui ada astronom amatir Amerika yang lebih awal lagi mengamatinya, Lewis Swift, pada 15 Juli 1862. Maka namanya diubah menjadi Swift-Tuttle berdasarkan nama kedua penemu tersebut.
Dari pengamatan selama tiga bulan selama penampakan 1862 dan perhitungan elemen-elemen orbitnya diketahui bahwa komet ini mencapai titik perihelionnya (jarak terdekat dengan matahari) pada 23 Agustus 1862 dan periode orbitnya sekitar 120 tahun. Berdasarkan berbagai perhitungan diperkirakan komet itu akan muncul lagi sekitar tahun 1981 – 1982. Ada yang memprakirakan komet Swift-Tuttle akan mencapai perihelion pada 30 Juni 1982. Prakiraan lain dengan memasukkan faktor gangguan gravitasi menyebutkan tanggal 13 Mei 1981. Maka para pemburu komet sudah mulai mencarinya sejak 1981. Hasilnya nihil. Komet Swift-Tuttle hilang.
Kegagalan penemuan kembali komet ini mendorong para astronom mengkaji ulang berbagai data pengamatan dan perhitungannya. Selain kegagalan itu, hasil perhitungan lama juga menyatakan bahwa komet Swift-Tuttle sebelum 1862 mestinya muncul pada 1748, ternyata tidak ada informasi pengamatan komet terang pada tahun itu. Catatan yang ada menyebutkan bahwa komet terang teramati pada 1737 (komet Kegler 1737 II) yang diduga identik dengan komet Swft-Tuttle 1862.
Kesalahan sistematik pada penentuan posisi komet Swift-Tuttle 1862 sangat mungkin menyebabkan melesetnya perhitungan elemen orbit. Bila memasukkan koreksi kesalahan sistematik penentuan posisi yang mencapai 1 derajat, maka akan diperoleh penampakan komet sebelum 1862 adalah 1737 yang sesuai penampakan komet Kegler 1737II.
Tahun 1991 tanda-tanda kehadiran komet sudah tampak. Para astronom amatir di Jepang melaporkan terjadinya hujan meteor Perseid yang lebih banyak daripada biasanya. Radar atmosfer Universitas Kyoto mendeteksi peningkatan hujan meteor tiga kali lipat. Brian G. Marsden dalam edaran IAU (International Astronomical Union) nomor 5330 menduga peningkatan hujan meteor ini berkaitan dengan datangnya komet Swift-Tuttle. Debu-debu komet bisa saja menumpuk di depan dan di belakang komet sehingga sebelum komet mendekati bumi debu-debunya akan meningkatkan hujan meteor.
Benar, dini hari 27 September 1992 sekitar pukul 03.00 komet Swift-Tuttle ditemukan. Dengan menggunakan binokuler 15 cm, astronom amatir dari Nagano, Jepang, Tsuruhiko Kiuchi menjadi orang pertama yang melihatnya. Komet tampak sangat redup, masih berupa titik cahaya tanpa ekor. Sejak itu para astronom amatir dan profesional mengarahkan perhatian pada komet yang pernah “hilang” ini. Dari banyak pengamatan dapat dihitung elemen orbitnya dengan lebih cermat. Perihelion dicapai pada 12 Desember 1992 dan periode orbitnya adalah 135 tahun.
Dengan teleskop besar dan teleskop angkasa para astronom masih berusaha mengikuti jejak komet Swift-Tuttle sampai 1998 pada saat jaraknya 15 SA (SA = satuan astronomi = jarak bumi-matahari = 150 juta km). Pada saat itu komet akan sangat redup, mencapai ambang batas kemampuan teleskop dan kamera CCD yang paling peka. Data pengamatan komet sejak 1993 pada saat komet mulai menjauh sampai 3 SA dari matahari sangat penting untuk mendapatkan perhitungan orbit yang lebih cermat.
sumber: www.google.com
belajar astronom di blognya wong cerbon..sp tw suatu saat nnti bisa pergi k bulan..:)
BalasHapuswaah, kalau mau k bulan ajak sy dong.
BalasHapus